Sabtu, 19 Maret 2011

Kegunaan Kunyit


(Curcuma domestica Val.)
Anita Wijayanti (P056100072.35E)


Gambar 1. Curcuma Longa
A.      NAMA KOMODITI
Nama Komoditi   : Kunyit
Kingdom              : Plantae
Division                : Embrio Siphonogama
Sub-Division        : Angiospermae
Class                     : Monocotyledoae
Ordo                     : Seitammae
Family                  : Zingiberanceae
Genus                   : Curcuma
Species                 : Curcuma domestica
Nama Binomial    : Curcuma domestica (Val.)

B.       PROFIL KOMODITI
Botani Kunyit
Daun kunyit berbentuk lanset memanjang sepanjang 1 m, dan membentuk batang semu sebanyak 6-10 helai daun. Bunga kunyit pada bagian ujung berbentuk silindris, dengan panjang 10–15 cm dan lebar 5–7 cm yang terdapat pada pusat batang semu dan sebagian tertutup oleh daun (Purseglove et al., 1981). Setiap bunga memiliki tiga lembar kelopak bunga, tiga lembar tajuk bunga, dan empat helai benang sari. Salah satu dari benang sari tersebut berfungsi sebagai alat reproduksi, sedangkan yang lain berubah bentuknya menjadi bunga. Kepala putik terdiri dari tiga bagian, sedangkan bakal buah terdiri dari tiga ruang yang terletak di bagian bawah (Taryono, 2001).
Rimpang merupakan bagian dari batang yang berada di bawah tanah. Rimpang kunyit terdiri atas rimpang primer dan rimpang sekunder. Kemudian rimpang sekunder akan membentuk rimpang tersier, sehingga akan menghasilkan  kumpulan rimpang yang padat. Rimpang primer memiliki panjang 5 cm dan lebar 2,5 cm, sedangkan rimpang sekunder berukuran panjang 5-8 cm dan lebar 1,5 cm. Sebagai tanaman monokotil, kunyit tidak memiliki akar tunggang. Akarnya  berdaging dan ujungnya membentuk rimpang berukuran 2 – 4 cm (Purseglove et al., 1981). Tanaman kunyit berkembang biak secara vegetatif melalui pembentukan tunas yang tumbuh dari mata tunas rimpang.
Syarat Tumbuh
Kunyit dapat tumbuh pada sebagian besar daerah tropis dan subtropis.  Kondisi iklim yang dibutuhkan untuk pertumbuhan adalah panas dan basah. Curah hujan yang diperlukan sekitar 1 000 – 2 000 mm/tahun. Taryono (2001) menyatakan bahwa tanaman kunyit menghendaki bulan basah tujuh sampai sembilan bulan sebelum rumpunnya masuk stadia mengering. Irigasi diperlukan  apabila curah hujan dibawah 1 000 mm/tahun. Daya adaptasi tanaman ini mampu tumbuh hingga ketinggian 1 220 m di atas permukaan laut (Purseglove et al., 1981). Peningkatan umur tanaman hingga tujuh sampai delapan bulan dapat meningkatkan pertumbuhan jumlah anakan nyata lebih baik (Rostiana et al., 1989).
Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada jenis tanah aluvial yang memiliki tekstur berpasir dan subur. Untuk budidaya kunyit diperlukan perbaikan kesuburan tanah dengan memberikan 10 - 20 ton/ha pupuk kandang, 100 – 200 kg/ha TSP dan 150 – 300 kg/ha KCl yang setengahnya diberikan 3-5 minggu setelah tanam (Taryono, 2001; Rahardjo dan Rostiana, 2004). Jarak tanam yang digunakan dalam budidaya kunyit secara monokultur bervariasi antara 50 x 40 cm, 50 x 50 cm, 40 x 40 cm, atau 50 x 60 cm. Untuk menjaga agar rimpang tidak tergenang air yang dapat mengakibatkan pembusukan, sebaiknya dibuat bedengan dengan ketinggian sekitar 22 – 25 cm dan lebar 45 – 50 cm (Taryono, 2001).  Menurut Rahardjo dan Rostiana (2004) kunyit dapat tumbuh dibawah tegakan tanaman keras dengan tingkat naungan tidak lebih dari 30 %.
Kandungan Zat Kimia Kunyit
Tabel 1.  Sifat minyak atsiri kunyit*)
Sifat
Keterangan
1. Warna
2. Aroma
3. Indeks bias (24 °C)
4. Berat Jenis (24 °C)
5. Putaran optik (24 °C)
6. Kelarutan dalam alkohol  90 %
kuning-oranye
khas dan menyengat
1,51430
0,9423
-14°
1:1,8
*) Sumber: Khrisnamurthy et al. (1976).
Rimpang kunyit mengandung berbagai senyawa, dua diantaranya yang terpenting sebagai bahan aktif adalah minyak atsiri dan kurkuminoid (Rostiana et al,. 1989). Oleh karena itu, khasiat kunyit sangat berhubungan dengan minyak atsiri dan kurkuminoid yang terkandung di dalamnya.
Warna kuning-oranye pada rimpang kunyit berasal dari minyak atsiri diferuloyl methane (Purseglove et al., 1981). Komposisi minyak atsiri kunyit terdiri atas 60% turmeron, 25% zingiberen, dan sejumlah kecil d-d flondren, d-sabinen, smeol, dan borneol (Taryono, 2001).
Menurut  Srinivasan  (di  dalam  Purseglove  et  al., 1981)  kurkuminoid terdiri atas kurkumin dan turunannya, desmethoxycurcumin, dan bis-desmethoxycurcumin. Kadar kurkumin dalam rimpang kunyit sekitar 2.5 – 6.0 %,  berwarna kuning,  berupa serbuk kristal, tidak larut dalam air, agak larut dalam eter dan asam asetat pekat, serta larut dalam larutan alkalin dengan memberi warna kemerahan. Selain itu kurkuminoid mempunyai aktivitas biologis berspektrum luas (Taryono, 2001).
Proses Produksi - Penunasan
            Penunasan dilakukan satu bulan sebelum tanam. Kegiatan ini diawali dengan seleksi rimpang yang akan digunakan untuk bibit yaitu rimpang padat, mengkilap, tidak cacat dan sehat.  Rimpang terpilih kemudian dicuci bersih menggunakan air mengalir, lalu dikeringanginkan.  Selanjutnya rimpang tersebut dimasukkan ke dalam keranjang plastik yang dialasi dengan kertas merang basah dan ditutup dengan kertas merang basah. Keranjang diletakkan pada rak penunasan dengan kondisi ruangan teduh atau tidak kena sinar matahari langsung.  Setiap pagi dan sore hari dilakukan penyiraman, untuk menjaga kelembaban.  Setelah dua minggu pada setiap mata tunas akan keluar tunas baru. Kemudian dilakukan pemotongan rimpang  yaitu berukuran 5 cm dan memiliki paling sedikit satu tunas. Selanjutnya rimpang siap ditanam di lapangan.
Pengolahan Tanah
Satu bulan sebelum tanam dilakukan pengolahan tanah sebanyak dua kali.  Sebelum penanaman dibuat guludan berukuran panjang 4.5 m, lebar 0.5 m dan tinggi 0.3 m. Jarak antar guludan dibuat sebesar 0.6 m. Masing-masing guludan terdapat sembilan lubang tanam dengan jarak 0.5 m.
Penanaman dan Pemeliharaan
Sebelum penanaman dibuat lubang tanam dengan jarak antar lubang tanam sebesar 0.5 m. Kemudian setiap lubang tanam diberi pupuk kandang sebanyak 500 g, dan diberi pupuk SP 36 sebanyak 5 g. Rimpang ditanam pada setiap lubang tanam dengan mata tunas mengarah ke atas. Pada masing-masing rimpang yang ditanam terdapat sedikitnya satu mata tunas.
            Selama masa pertumbuhan tanaman, pemeliharaan dilakukan sejak awal penanaman hingga panen. Penyiraman tanaman dilakukan setiap hari. Penyiangan gulma dilakukan secara mekanik dan disesuaikan dengan kondisi lapang.

C.    POHON INDUSTRI
D.      RENDEMEN
Ekstraksi kurkumin dilakukan dengan mengeringkan kunyit kedalam oven pada suhu 100° C selama satu jam. Setelah itu, hasilnya dimasukkan dalam labu leher tiga dan ditambahkan pelarut asam asetat glasial dengan jumlah volume dan waktu ekstraksi tertentu. Pemanas dihidupkan dan pendingin balik diaktifkan. Setelah asam asetat glasial mencapai titik didih (118,1° C). Hasil ekstraksi didinginkan dan disaring dengan kertas saring. Filtratnya didistilasi sedangkan residunya dibuang.
Bobot kering kunyit (simplisia) diperoleh sebesar 10 – 15% bobot basahnya. Kandungan minyak atsiri pada kunyit rata-rata sebesar 3,5% sedangkan untuk kandungan kurkumin pada kunyit sebesar 2,16% dari bobot keringnya (Wahyuni, et. al., 2004).
E.       FAKTOR KRITIS
Dalam proses produksi kunyit, volume panen sangat penting. Untuk mencapai volume maksimal, perlu dilakukan perawatan yang tepat. Oleh karena itu, penanganan hama penyakit dan teknik pemanenan menjadi beberapa faktor yang sangat menentukan. Dalam memperoleh minyak atsiri dan kurkumin, ketepatan cara ekstraksi menjadi faktor kritisnya.
F.       DAFTAR PUSTAKA
Krishnamurthy, N., A. G. Matthew, E. S. Nambudiri, S. Shivashankar, Y. S. Lewis, and C. P. Naratajan. 1976. Oil and oleoresin of turmeric. Trop. Sci. 18(1): 37-45.
Purseglove, J. W., E. G. Brown, C. L. Green, S. R. J. Robbins. 1981. Spices: volume 2. Longman Inc. New York. 813 p.
Rahardjo, M. dan O. Rostiana. 2004. Standar Prosedur Operasional: Budidaya Jahe, Kencur, Kunyit, dan Temulawak. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor.
Rostiana, O., Hadad E. A., dan Taryono. 1989. Evaluasi dan Pemanfaatan Plasma Nutfah Kunyit. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor.
Taryono. 2001. Budidaya dan Pengolahan Tanaman Kunyit (Curcuma domestica Val.). Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor. 31 hal.
Wahyuni, A. Hardjono, dan P.H. Yamrewav. 2004. Ekstraksi Kurkumin dari Kunyit. Universitas Diponegoro, Semarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar